• Beranda
  • Penyakit
  • Setelah Berhubungan Seks Bebas Tanpa Kondom, Kapan Perlu Tes HIV?

Setelah Berhubungan Seks Bebas Tanpa Kondom, Kapan Perlu Tes HIV?

Setelah Berhubungan Seks Bebas Tanpa Kondom, Kapan Perlu Tes HIV?
Credit: Freepik

Daftar Isi


Daftar Isi Tidak Ditemukan

Bagikan :


Menggunakan kondom saat berhubungan seks adalah salah satu cara pencegahan HIV paling efektif. Sayangnya masih banyak orang yang melakukan seks bebas tanpa kondom sehingga rentan tertular virus HIV.

Bila Anda baru saja melakukan seks bebas tanpa kondom dan khawatir terinfeksi HIV, Anda perlu tahu kapan waktu yang tepat untuk melakukan tes HIV.

 

Kapan Waktu yang Tepat untuk Tes HIV Setelah Seks Berisiko?

Hubungan seks tanpa kondom termasuk salah satu aktivitas yang berisiko tinggi menularkan HIV. Untuk memastikan apakah Anda tertular HIV dari seks bebas tersebut, Anda perlu melakukan tes HIV.

Namun perlu diketahui bahwa tes HIV tidak dapat menunjukkan hasil akurat jika Anda melakukan tes setelah terpapar. Agar hasil pemeriksaan Anda akurat, ada periode jendela yang perlu Anda perhatikan. Periode jendela adalah jeda waktu antara seseorang pertama kali terpapar virus dan saat virus dapat terdeteksi dalam berbagai jenis tes HIV.

Periode jendela pada setiap orang berbeda-beda, karenanya waktu tes HIV yang ideal bagi setiap orang dapat bervariasi. Periode jendela dapat berlangsung sekitar 10 hari hingga 3 bulan, bergantung pada respon kekebalan tubuh Anda.

 

Baca Juga: Bisakah HIV Menular Melalui Oral Seks?

 

Umumnya setelah terpapar HIV, tubuh akan membentuk kekebalan dalam jangka waktu 3-12 minggu. Setelah 12 minggu, antibodi virus akan terbentuk sehingga dapat menunjukkan akurasi pemeriksaan yang tinggi.

Selama periode jendela, seseorang dapat memiliki hasil tes HIV negatif namun tetap dapat berpotensi menularkan virus tersebut pada orang lain. Untuk itu, sebaiknya Anda berhati-hati dengan menghindari kegiatan yang berisiko menularkan HIV.

Setelah melewati periode jendela, Anda perlu menjalani tes HIV selama beberapa kali untuk mendapatkan hasil yang akurat. Jika Anda berisiko tinggi tertular HIV, maka sebaiknya lakukan tes HIV secara rutin setiap 3 bulan sekali dalam 1 tahun.

 

Jenis Pemeriksaan HIV

Dilansir dari Cleveland Clinic, ada beberapa jenis tes HIV yang terdapat di layanan kesehatan, yaitu:

Tes Asam Nukleat atau Nuclear Acid Test (NAT)

Pemeriksaan NAT adalah salah satu pemeriksaan paling akurat dalam mendeteksi HIV. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien untuk mendeteksi keberadaan RNA dari virus HIV. Tes ini juga dapat menunjukkan berapa viral load dalam darah. Karena pemeriksaan ini cukup rumit dan menyeluruh, umumnya biaya pemeriksaan NAT cukup mahal.

Tes Antibodi/Antigen

Pemeriksaan ini dilakukan dengan mencari antigen atau antibodi yang terbentuk akibat paparan HIV dalam tubuh. Biasanya pemeriksaan ini dilakukan 2-6 minggu setelah terpapar. Pemeriksaan HIV dengan antibodi tidak memakan waktu lama, Anda bisa mendapatkan hasilnya dalam waktu 30 menit.

Tes Antibodi

Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengukur antibodi terhadap HIV. Sebaiknya pemeriksaan ini dilakukan 3 bulan setelah terpapar HIV. Selama masa periode jendela, Anda dianjurkan untuk tidak berhubungan seks berisiko maupun aktivitas berisiko HIV lainnya.

Jika Anda mendapatkan hasil negatif, kemungkinan besar hasil tersebut akurat, namun sebaiknya lakukan pemeriksaan ulang pada 3 bulan berikutnya untuk memastikan hasilnya.

 

Baca Juga: Jangan Salah Kaprah, Kegiatan Ini Tidak Dapat Menularkan HIV

Apa yang Harus Dilakukan Jika Melakukan Hubungan Seks Berisiko?

Dilansir dari Healthline, jika Anda yakin telah terinfeksi virus HIV, maka sebaiknya segera hubungi layanan kesehatan untuk melakukan pemeriksaan. Dokter dapat memberikan PEP (Post Exposure Prophylaxis) yang merupakan perawatan darurat untuk mencegah infeksi HIV.

Perawatan PEP dilakukan secepatnya atau dalam waktu 72 jam sejak paparan risiko dengan cara memberikan obat-obatan antiretroviral (ARV) dalam kurun waktu 28 hari untuk mencegah paparan virus HIV agar tidak berkembang menjadi infeksi yang berkepanjangan.

Perawatan PEP adalah perawatan darurat yang hanya bisa dilakukan pada orang berstatus HIV negatif yang terpapar virus HIV. Perawatan ini dapat diberikan pada pekerja kesehatan yang tidak sengaja tertusuk jarum suntik bekas pasien HIV, korban pemerkosaan, dan seks tanpa kondom dengan orang yang kemungkinan positif HIV.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : Ratih AI Care
Editor :
  • dr. Monica Salim
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 03:26